E-Prodenta Journal of Dentistry https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta <h2><span style="font-size: 0.875rem;">E-Prodenta Journal of Dentistry, is an Indonesian-language scientific periodicals published by the </span><a style="background-color: #ffffff; font-size: 0.875rem;" href="http://fkg.ugm.ac.id/id/" target="_blank" rel="noopener">Faculty of Dentistry</a><span style="font-size: 0.875rem;"> University of Brawijaya twice a year on every July and December. The submission process of manuscript is open throughout the year. All submitted manuscripts will go through the double-blind peer review and editorial review before being granted with acceptance for publication.</span></h2> <div id="content"> <div id="journalDescription"> <p>Designed as a medium of information and scientific knowledge, E-Prodenta Journal of Dentistry publishes numerous literatures, research articles, and case studies in the area of Dentist, Dent Healthy, Oral Biology, Biomaterials, Biomedical Dentistry, Oral and Maxillofacial Surgery, Pediatric Dentistry, Dental Public Health and Preventive Dentistry, Conservation and Endodontics, Periodontics, Prosthodontics, Orthodontics, Oral Pathology, Dental Radiology, as well as with their development through interdisciplinary and multidisciplinary approach.</p> <p>Initially published as PRODENTA Journal of Dentistry (ISSN 2337-3016) on Juner 1st 2013, the Journal was renamed as E-Prodenta Journal of Dentistry. In 2017, the magazine had its online published version by the name of E-Prodenta Journal of Dentistry, starting with Vol.1 No.1 an online version in accordance with the policy of LIPI.</p> <p>Since 2017, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia has been using Open Journal System requiring all writers to register in advance before they are allowed to upload the manuscript they write online. Afterwards, the editors, peer reviewers, and writers can monitor the manuscript processing.</p> </div> </div> Fakultas Kedokteran Gigi UB en-US E-Prodenta Journal of Dentistry 2597-4912 <p>E-Prodenta Journal of Dentistry receives original texts that have not been published in any media in any language, or are being sent to other journals at the same time. If the manuscript has already been presented in a particular symposium or seminar, then it should be written in the description. The submission of the manuscript shall be accompanied by a statement of authenticity of writing and unpublished statements made and signed by the first author. When the manuscript is accepted for publication, the authors agree to automatic transfer of the copyright to the publisher.</p> PENGARUH POSISI KERJA MAHASISWA PROFESI TERHADAP TERJADINYA MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) SAAT MELAKUKAN PERAWATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS BRAWIJAYA https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/173 <p>Latar belakang: Saat melakukan perawatan, dokter gigi membutuhkan ketelitian di area perawatan yang relatif kecil, yaitu<br />daerah mulut. Gangguan musculoskeletal sering terjadi akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam<br />waktu yang lama serta berulang. Pekerjaan mahasiswa profesi kedokteran gigi dilakukan dengan posisi tubuh yang statis dan<br />kaku pada saat melakukan perawatan di dental unit. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh posisi kerja pada Mahasiswa Profesi<br />terhadap terjadinya Musculoskeletal Disorders pada saat melakukan perawatan di Rumah Sakit Universitas Brawijaya. Metode:<br />Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional dengan menggunakan tabel<br />NBM, TVP dan REBA yang dilakukan pada 73 mahasiswa profesi. Pada tabel NBM di dapat hasil data NBM bahwa semua responden<br />masuk dalam kriteria keluhan MSDs yang rendah. Hasil : Untuk data TVP diperoleh data bahwa tidak ada responden masuk<br />dalam kritria tidak cukup, sebanyak 6 responden (8,2%) masuk dalam kriteria cukup, sebanyak 57 responden (78.1%) masuk<br />dalam kriteria baik dan sebanyak 10 responden (13.7%) masuk dalam kriteria sangat baik. Sedangkan untuk REBA didapatkan<br />data sebanyak 10 responden (13,7%) masuk dalam kriteria diabaikan, sebanyak 20 responden (27.4%) masuk dalam kriteria<br />resiko rendah, sebanyak 40 responden (54.8%) masuk dalam kriteria resiko menengah, sebanyak 3 responden masuk dalam<br />kriteria resiko tinggi dan tidak ada responden yang masuk dalam kriteria resiko sangat tinggi. Kesimpulan: Hal ini memberikan<br />arti bahwa terdapat hubungan posisi kerja baik TVP dan REBA terhadap keluhan MSDs menggunakan skor NBM. Dan dapat<br />disimpulkan bahwa semakin tinggi resiko REBA dan TVP maka skor keluhan MSDs juga akan semakin tinggi.</p> ZULFA RUSDYA SANIYAH Yully Endang R. Setyohadi Trining W Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 829 836 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSELULOSA SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGUAT MATERIAL KEDOKTERAN GIGI https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/178 <p><strong>Latar belakang:</strong> Tanaman padi merupakan tanaman pangan pokok yang banyak tumbuh di Indonesia. Limbah pertanian seperti sekam padi dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan selulosa. Selulosa berukuran nano atau yang disebut nanoselulosa memiliki beberapa keunggulan diantaranya berskala nano<em>, high surface area</em> dan sifat optis yang baik sehingga partikel nanoselulosa dapat berpotensi digunakan sebagai penguat polimer dan aditif produk yang biodegradabel. <strong>Tujuan: </strong>untuk mensintesis dan mengkarakterisasi nanoselulosa berbahan sekam padi dengan menggunakan <em>Fourier Transform Infrared</em> (FTIR) dan <em>Transmission Electron Microscopy</em> (TEM). <strong>Metode: </strong>eksperimental kualitatif. Sampel penelitian berupa gel hasil sintesis nanoselulosa berbahan sekam padi yang diuji dengan menggunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk melihat morfologi mikrostruktur dan serbuk nanoselulosa diuji menggunakan <em>Fourier Transform Infrared</em> (FTIR) untuk melihat gugus fungsi yang terkandung dalam nanoselulosa sekam padi. <strong>Hasil: </strong>Hasil karakterisasi menggunakan <em>Fourier Transform Infrared</em> (FTIR) menunjukkan terbentuk selulosa dari olahan sekam padi, sedangkan hasil <em>Transmission Electron Microscope</em> (TEM) menunjukkan ukuran partikel selulosa dalam skala nanometer dan morfologi partikel yang berbentuk nano-whisker. <strong>Kesimpulan: </strong>Sintesis nanoselulosa berbahan sekam padi dengan metode hidrolisis asam berhasil dilakukan dan diharapkan mampu memberikan potensi untuk meningkatkan sifat mekanis material kedokteran gigi.</p> Dian Noviyanti Agus Imam Ryana Budi Purnama Bambang Sunendar Purwasasmita Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 837 846 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.2 THE ANTIFUNGAL EFFECTIVITY TEST OF ETHANOLIC EXTRACT OF KIDNEY BEAN (PHASEOLUS VULGARIS L.) AGAINST CANDIDA ALBICANS USING IN VITRO METHOD https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/196 <p><strong>Introductions: </strong><em>Candida albicans</em> can causes an infection called candidiasis. Kidney beans (<em>Phaseolus vulgaris L.</em>) are natural products that contain several active compounds such as saponins, flavonoids, tannins, and coumarins that can damage the membrane and cell wall of <em>Candida albicans</em>. <strong>Methods: </strong>The design of this study used true experimental post control design only with the tube dilution method. Extract concentrations used were 3200 mg/ml, 3600 mg/ml, 4000 mg/ml, 4400 mg/ml, 4800 mg/ml, 5200 mg/ml, 5600 mg/ml, and 6000 mg/ml. This study used a negative control (extract 0%) and a positive control (Nystatin 1%), each of which was added with <em>Candida albicans</em>. <strong>Results: </strong>The results showed that the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was obtained at 5200 mg/ml and the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was obtained at 6000 mg/ml. One Way ANOVA statistical test results showed a significant difference (significance value 0,000; p&lt; 0.05). Pearson correlation test showed the direction of the negative correlation (r = -0.945; p &lt;0.01). <strong>Discussion: </strong>The ability of ethanolic extract of kidney bean to inhibit growth and kill the <em>Candida albicans</em> is due to the active compounds contained in it, namely flavonoids, saponins, tannins, and coumarin. Flavonoids can cause protein denaturation. Saponins have the ability to kill <em>Candida albicans</em> by forming pores in the double lipidic layer that results on the loss of cell integrity. Tannins have the ability to inhibit fungal growth by inhibiting the synthesis of chitin and damaging cell membranes. Coumarins can cause fungal death by interfering with cell wall synthesis. <strong>Conclusions: </strong>The conclusion of this research is the ethanol extract of kidney bean can inhibit at the concentration of 5200 mg/ml and kill the growth of <em>Candida albicans</em> at the concentration of 6000 mg/ml.</p> Lukman Hakim Hidayat Risa Dwi Fitriani Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 847 858 PENURUNAN JUMLAH SEL MAKROFAG SETELAH PEMBERIAN NANO GEL STEROID EKSTRAK AKAR SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) PADA PROSES PENYEMBUHAN GINGIVITIS https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/290 <p><strong>Latar Belakang:</strong> Proses penyembuhan luka gingivitis melalui fase inflamasi yang ditandai dengan infiltrasi sel neutrofil dan makrofag pada jaringan luka. Makrofag yang diaktifkan dapat berperan dalam proses inflamasi dan perbaikan sel. Akar sidaguri memiliki kandungan steroid yang dapat dijadikan antiinflamasi. <strong>Tujuan: </strong>Mengetahui penurunan jumlah sel makrofag setelah pemberian nano gel steroid ekstrak akar sidaguri (<em>Sida rhombifolia </em>L.) pada proses penyembuhan gingivitis pada tikus wistar putih jantan (<em>Rattus norvegicus</em>). <strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan <em>true experimental design</em> dengan rancangan <em>Randomized Post Test Only Controlled Group Design</em>. Tikus putih galur wistar jantan sebanyak 24 ekor, dibagai menjadi enam kelompok perlakuan dan masing-masing dilakukan pemberian nano gel steroid ekstrak akar sidaguri (<em>Sida rhombifolia </em>L<em>.</em>) dengan dosis 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 g/kgBB. <strong>Hasil: </strong>Terdapat perbedaan yang signifikan jumlah sel makrofag antar kelompok perlakuan. <strong>Kesimpulan: </strong>Pemberian nano gel steroid ekstrak akar sidaguri (<em>Sida rhombifolia </em>L.) berpengaruh terhadap penurunan jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan gingivitis tikus wistar putih jantan (<em>Rattus norvegicus</em>).</p> Ariyati Retno Pratiwi Satria Agung Tri Laksono Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 859 872 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.4 PENGARUH GEL NANOTRANSFERSOME EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE ENKAPSULASI TERHADAP PENINGKATAN KOLAGEN PADA PENYEMBUHAN LUKA ULKUS TIKUS WISTAR https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/321 <p><strong>Pendahuluan</strong>: Kulit jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat penyembuh luka dengan kandungan flavonoidnya dan dapat ditingkatkan efektivitasnya dengan mengubahnya menjadi bentuk nanotransfersom dengan metode enkapsulasi. <strong>Tujuan:</strong> Untuk mengetahui pengaruh nanotransfersom gel ekstrak kulit jeruk nipis (<em>Citrus aurantifolia</em> Swingle) dengan metode enkapsulasi terhadap peningkatan kolagen dalam penyembuhan luka ulkus tikus wistar. <strong>Metode</strong>: Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, hewan coba yang dibutuhkan dalam penelitian ini minimal 4 ekor tikus putih pada setiap kelompok. Penelitian ini terdiri dari 6 kelompok perlakuan yang membutuhkan 24 ekor tikus putih dan antisipasi 1 ekor tikus per kelompok perlakuan.<strong> Hasil:</strong> Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara semua kelompok. <strong>Kesimpulan:</strong>Rata-rata skor kolagen pada kelompok kontrol memiliki nilai terendah diikuti oleh rata-rata jumlah fibroblas pada kelompok perlakuan ekstrak kulit jeruk nipis, kemudian kelompok perlakuan jamu terstandar, dan gel nanotransfersome ekstrak kulit jeruk nipis yang memiliki skor tertinggi pada kelompok perlakuan. ke-3 dan ke-7.</p><p><strong>Pendahuluan</strong>: Kulit jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat penyembuh luka dengan kandungan flavonoidnya dan dapat ditingkatkan efektivitasnya dengan mengubahnya menjadi bentuk nanotransfersom dengan metode enkapsulasi. <strong>Tujuan:</strong> Untuk mengetahui pengaruh nanotransfersom gel ekstrak kulit jeruk nipis (<em>Citrus aurantifolia</em> Swingle) dengan metode enkapsulasi terhadap peningkatan kolagen dalam penyembuhan luka ulkus tikus wistar. <strong>Metode</strong>: Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, hewan coba yang dibutuhkan dalam penelitian ini minimal 4 ekor tikus putih pada setiap kelompok. Penelitian ini terdiri dari 6 kelompok perlakuan yang membutuhkan 24 ekor tikus putih dan antisipasi 1 ekor tikus per kelompok perlakuan.<strong> Hasil:</strong> Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara semua kelompok. <strong>Kesimpulan:</strong> Rata-rata skor kolagen pada kelompok kontrol memiliki nilai terendah diikuti oleh rata-rata jumlah fibroblas pada kelompok perlakuan ekstrak kulit jeruk nipis, kemudian kelompok perlakuan jamu terstandar, dan gel nanotransfersome ekstrak kulit jeruk nipis yang memiliki skor tertinggi pada kelompok perlakuan. ke-3 dan ke-7.</p> Nenny Prasetyaningrum Diena Fuadiyah Khusnul Munika Listari Chung Ji Na Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 873 887 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.5 GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN, PENGETAHUAN DAN KEPUASAN PELAYANAN PASIEN ORTODONTI CEKAT SELAMA PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI FAKTOR SOSIODEMOGRAFI https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/427 <p><strong>Latar Belakang:</strong> Covid-19 menular melalui aerosol atau droplet orang yang terinfeksi, terlebih lagi pada perawatan gigi yang menghasilkan aerosol dalam pelaksanaannya. Pencegahan penyebaran Covid-19 di klinik gigi bisa dilakukan dengan upaya pencegahan diri yang terbentuk dari pengetahuan yang baik. Pasien juga cenderung merasa cemas karena berbagai resiko infeksi di klinik gigi, sehingga dibutuhkan suatu prosedur pencegahan. Kualitas layanan yang diberikan harus diukur melalui tingkat kepuasan pasien. Pengetahuan, kecemasan dan kepuasan pasien menjadi faktor yang saling berhubungan sebagai pertimbangan pasien untuk melakukan kontrol rutin saat pandemi. <strong>Tujuan: </strong>Mengetahui deskripsi dan menganalisis tingkat kecemasan, pengetahuan dan kepuasan pasien pengguna ortodonti cekat selama pandemi Covid-19. <strong>Metode: </strong>Penelitian deskriptif dengan rancangan <em>cross sectional</em>. 153 sampel dipilih dengan teknik <em>purposive sampling</em>. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji univariat dan bivariat komparatif menggunakan Mann-Whitney atau Kruskal-Wallis serta Chi-Square. <strong>Hasil: </strong>Uji Chi-Square menunjukkan nilai p= 0,819 atau tidak terdapat perbedaan berarti terkait perasaan terhadap pandemi berdasarkan kesediaan menghadiri janji temu. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan berarti terkait kecemasan terhadap pandemi dengan nilai p= 0,359, dan kecemasan terhadap dampak pandemi bagi perawatan ortodonti dengan nilai p= 0,413, ditinjau dari kesediaan menghadiri janji temu. 90,2% pasien memiliki pengetahuan baik dan 97,4% pasien merasa puas dengan pelayanan klinik gigi selama pandemi. <strong>Kesimpulan: </strong>Tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat kecemasan ditinjau dari kesediaan mengunjungi klinik gigi selama pandemi. Semakin dewasa usia pasien, semakin baik tingkat pengetahuannya, dan tidak terdapat perbedaan pengetahuan jika ditinjau dari jenis kelamin dan tempat tinggal. Pasien merasa puas atas pelayanan klinik gigi selama pandemi.</p> <p> </p> Annisa Olga Praharsini Endah Damaryanti Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 888 898 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.6 PENGARUH NYSTATIN KOMBINASI TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT PADA TIKUS MODEL KANDIDIASIS ORAL IMUNOSUPRESI https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/444 <p><strong>Latar belakang:</strong> Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur pada rongga mulut yang sebagian besar disebabkan oleh jamur jenis <em>Candida.</em> Limfosit berperan sebagai pertahanan utama <em>host</em> dalam melawan infeksi jamur pada permukaan mukosa dan epidermis. Penggunaan obat antijamur <em>n</em><em>ystatin</em> efektif untuk pengobatan infeksi jamur, sedangkan terapi oksigen hiperbarik diketahui sebagai salah satu terapi <em>adjuvant</em> dalam mengeliminasi infeksi jamur, sehingga pemberian kombinasi nystatin dan terapi oksigen hiperbarik diharapkan dapat berpengaruh pada sel limfosit dalam melawan infeksi jamur. <strong>Tujuan:</strong> Membuktikan pengaruh <em>nystatin</em> kombinasi terapi oksigen hiperbarik terhadap jumlah limfosit pada tikus model kandidiasis oral imunosupresi. <strong>Metode:</strong> Tikus strain Wistar sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok: K1 (tikus sehat), K2 (tikus model kandidiasis oral imunosupresi)<em>,</em> K3 (tikus model kandidiasis oral imunosupresi diberi <em>nystatin</em> topikal), K4 (tikus model kandidiasis oral imunosupresi diberi terapi oksigen hiperbarik), dan K5 (tikus model kandidiasis oral imunosupresi diberi kombinasi <em>nystatin</em> topikal dan terapi oksigen hiperbarik). Tikus pada K2, K3, K4, dan K5 diimunosupresi dengan deksametason peroral selama 14 hari. <em>C</em><em>andida </em><em>albicans </em>dioleskan pada <em>dorsum linguae </em>tikus untuk menginduksi kandidiasis. <em>Nystatin</em> topikal 0,5 cc diberikan pada K3 dan K5, terapi oksigen hiperbarik 2,4 ATA diberikan pada K4 dan K5 selama 5 hari. Jumlah limfosit pada lidah tikus diamati menggunakan mikroskop pembesaran 400x. <strong>Hasil:</strong> Uji statistik <em>Post-Hoc LSD</em> menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kelompok K1 dibandingkan K2, K2 dibandingkan dengan K1, K3, K4, dan K5, sedangkan pada kelompok K3, K4, dan K5 tidak terdapat perbedaan bermakna. <strong>K</strong><strong>esimpulan</strong><strong>:</strong> Kombinasi <em>nystatin</em> dan terapi oksigen hiperbarik berpengaruh pada peningkatan jumlah limfosit model oral kandidiasis imunosupresi.</p> Syarifah Fatimatuzzahra Agni Febrina Pargaputri Dwi Andriani Isidora Karsini Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 899 905 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.7 Hubungan Oral Bad Habit terhadap Terjadinya Maloklusi pada Anak (Tinjauan Literatur) https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/304 <p><strong>Latar Belakang: </strong>Maloklusi menjadi salah satu kelainan umum yang sering terjadi dalam masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2018, yang menyebutkan bahwa maloklusi menempati urutan ketiga kelainan pada masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yang memiliki prevalensi sangat tinggi yaitu sekitar 80%. <strong>Tujuan</strong>: Menganalisis hubungan oral bad habit dengan maloklusi pada anak. <strong>Metode:</strong> Menggunakan metode <em>systematic literature review, </em>pencarian jurnal menggunakan metode <em>Boolean Search</em> melalui database Gogle Scholar dan PubMed dalam periode 2011-2021, penyaringan dan pemilihan jurnal dengan metode PRISMA. <strong>Hasil dan Pembahasan:</strong> <em>Oral bad habit</em> pada anak, terutama usia lebih dari 3 (tiga) tahun, dapat memicu terjadinya maloklusi. Namun, di antara anak-anak yang memiliki <em>oral bad habit, </em>tidak semuanya mengalami maloklusi, karena hal tersebut juga dipengaruhi oleh durasi, frekuensi, dan intensitas dari <em>oral bad habit </em>yang dilakukan. <strong>Kesimpulan:</strong> <em>Oral bad habit </em>yang paling sering dilakukan dan memengaruhi kondisi oklusi anak adalah kebiasaan mengisap jari dengan maloklusi berupa <em>anterior open bite. </em>Sehingga dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan <em>oral bad habit</em> terhadap terjadinya maloklusi pada anak.</p> Kintan Damar Jati Dini Rachmawati Copyright (c) 2023 E-Prodenta Journal of Dentistry https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 7 2 906 926 10.21776/ub.eprodenta.2023.007.02.8